MANAJEMEN PEMASARAN
Sumber pustaka untuk mata kuliah Dasar-dasar Pemasaran:
1. Kotler P., & Amstrong, G., “Principles of
Marketing”, Pearson International Edition, 2006 New Jersey , Eleventh Edition.
2. Kotler P., et al. Marketing Management, An Asian Perspektif,
Prentise Hall, 1996 Singapore .
3. Kotler, P., & Keller, K.L., “Marketing
Management, 12e”, Pearson International Edition, 2006, New Jersey .
Tata tertib perkuliahan:
1. Kehadiran: mahasiswa wajib hadir minimal 9
x pertemuan.
(ijin karena sakit, tugas, atau bolos dll.
maksimal 35 % atau setara 5 x pertemuan).
2. Ketentuan keterlambatan hadir yang
ditoleransi maksimum 15 menit dari jam mulai perkuliahan.
3. Ketentuan Nilai Akhir Semester dihitung berdasarkan:
· Bobot nilai kehadiran 10%
· Tugas dan Quiz bobot nilai 30 %
· UTS bobot nilai 30 %
· UAS bobot nilai 30 %
4. Kebijakan untuk nilai “tanggung”!
Nilai hurup Min
Maks
A 80 100
B+ 74 79
B
68 73
C+ 62 67
C 56 61
D 45 55
E 0 44
5. Pakaian dll.
Marketing: Managing
Profitable Customer Relationships
Tujuan Instruksional khusus (TIK) dari
bab ini ialah setelah mempelajarinya, anda diharapkan mampu:
1.
Mendefinisikan
marketing dan garis besar langkah-langkah dalam proses marketing.
2.
Menjelaskan pentingnya memahami kustomer dan
pasar, dan mengindentifikasi lima
konsep inti pasar.
3.
Mengidentifikasi elemen-elemen kunci strategi
marketing yang dipengaruhi kustomer dan mendiskusikan orientasi-orientasi
manajemen marketing yang mengarahkan strategi marketing.
4.
Mendiskusikan manajemen hubungan kustomer,
dan mengidentifikasi strategi-strategi untuk menciptakan value bagi kustomer
dan mendapatkan value dari kustomer sebagai imbalannya.
5.
Menjelaskan trend dan kekuatan-kekuatan utama
atau penting yang dapat merubah landskap marketing di era hubungan ini.
Previewing
the Concepts
“Welcome
to the exciting world of marketing !” Bab ini dimulai dengan mengenalkan kepada anda
konsep-konsep dasar.
I. What is Marketing?
Definisi sederhana
marketing: “Marketing is managing profitable customer relationships.”
The twofold goal of
marketing is to attract new customers by promising superior value and to keep
and grow current customers by delivering satisfaction (Tujuan ganda
marketing ialah untuk menarik customer baru dan menjanjikan nilai superior,
mempertahankan serta meningkatkan customer-customer yang ada dengan cara
memberikan atau mendelivery kepuasan).
(Wal-Mart menjadi
retailer terkemuka di dunia dan perusahaan terbesar dunia, dengan mendeliveri
atau memenuhi janjinya (delivering
on its promise): “Always low prices, Always !” Di Disney theme parks,
“imagineers” mengerjakan sesuatu yang menakjubkan dalam pencarian mereka untuk “make
a dream come true today.” Pimpinan Dell, industri computer pribadi (PC)
dengan konsisten membuat apa-apa yang dijanjikan dengan baik “be direct.” Dell membuat produknya
mudah bagi pelanggan dengan mendisain komputer sesuai keinginan (pelanggan) dan
mendeliverinya dengan cepat. Perusahaan ini dan yang lainnya menyadari bahwa
jika mereka peduli pada pelanggannya, pangsa pasar dan profit akan mengikuti.
Perusahaan-perusahaan
yang berhasil ini, mempunyai satu kesamaan secara umum:
- Mereka sangat fokus pada pelanggan dan benar-benar
menjalankan marketing dengan serius (committed to marketing).
- Perusahaan-perusahaan ini sama-sama berkeinginan
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan kustomer yang mereka pilih atau
tetapkan sebagai pasar target.
- Perusahaan memotivasi setiap orang dalam organisasi
untuk mendukung, membangun hubungan-hubungan pelanggan yang berkelanjutan
melalui kepuasan dan nilai pelanggan yang superior.
Buku ini akan
memberikan anda pengantar yang lengkap dan formal mengenai konsep-konsep dasar
dan praktek-praktek marketing sekarang ini. Pada bab ini, dimulai dengan
mendefinisikan marketing dan proses marketing.
1.1 Marketing Defined
Pengertian lama, marketing yakni
melakukan suatu penjualan -- telling and selling -- tapi dalam pengertian
baru yaitu “satisfying customer needs.”
Sehingga menjual (selling) dan
mengiklankan (advertising) hanyalah bagian dari sebuah bauran pemasaran yang
besar (a larger marketing mix) – satu set perangkat marketing yang
bekerja-sama/saling terkait (work together) untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan
pelanggan dan membangun hubungan-hubungan pelanggan.
Definisi yang lebih
luas, marketing ialah
suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu dan
kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan (creating) dan pertukaran (exchanging) nilai/value dengan (pihak)
lain.
Dalam
konteks bisnis yang lebih sempit, “Marketing as the process by which
companies create value for customers and build strong customer relationships in
order to capture value from customers in return.”
Dalam konteks keilmuan, Manajemen
Pemasaran sebagai ilmu dan seni memilih pasar-pasar target dan mendapatkan,
mempertahakan
Berdasarkan Asosiasi
Pemasaran Amerika:
Pemasaran adalah
suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, dan menyampaikan (delivering) nilai kepada kustomer dan
untuk mengelola hubungan-hubungan kustomer dalam cara-cara yang menguntungkan
organisasi dan para pemilik saham.
Sebagai ilmu, Manajemen
Pemasaran ialah ilmu dan seni memilih pasar-pasar target dan mendapatkan,
mempertahankan, menumbuhkan/meningkatkan kustomer melalui penciptaan,
penyampaian, dan mengkomunikasikan nilai kustomer yang superior.
1.2 The Marketing
Process
Figure 1.1 menampilkan
model lima
langkah sederhana mengenai proses marketing. Pada empat
langkah pertama,
perusahaan-perusahaan berusaha untuk memahami konsumer, menciptakan nilai kustomer
(create
customer value), dan membangun hubungan-hubungan kustomer yang kuat.
Pada langkah
terakhir,
perusahaan-perusahaan memperoleh (reap) reward dari penciptaan nilai kustomer
yang superior. Dengan menciptakan value for customers, mereka akhirnya
mendapatkan value dari konsumer dalam bentuk: sales, profits, and long-term
customer equity.
II. Understanding the Marketplace and
Consumer Needs
Berikut
pembahasan mengenai lima konsep inti pelanggan (customer) dan marketplace: needs, wants, and demands; marketing offers
(products, services, and experiences); value and satisfaction; exchanges and
relationships; and markets.
2.1 Customer
Needs, Wants, and Demands
Human needs
are states of felt deprivation. Termasuk di dalamnya kebutuhan-kebutuhan
fisik, social, dan individual. Kebutuhan-kebutuhan adalah
bagian dasar untuk manusia bertahan hidup.
Wants are
the form human needs take as they are shaped by culture and individual
personality.
Bila wants diikuti dengan
kemampuan membeli (buying power), maka wants (berubah) menjadi demands/permintaan.
Perusahaan-perusahaan yang
aktivitas marketingnya luar biasa, sudah sejak lama melakukan studi-studi dan
memahami kebutuhan, keinginan-keinginan, dan permintaan-permintaan kustomer
mereka. Mereka melakukan riset-riset konsumer dan menganalisa
jutaan (mountains) data-data kustomer. Karyawan-karyawan mereka di semua level
-- termasuk manajemen puncak -- tetap mengusahakan dekat dengan kustomer. Sebagai contoh, eksekutif puncak di
Wal-Mart menggunakan dua hari setiap minggu mengunjungi toko-toko dan
berbincang-bincang dengan customer. Direktur utama dan CEO Harley-Davidson
secara teratur bepergian dengan kendaraan Harley bersama-sama dengan para kustomer
(Harley users) yang tujuannya untuk
mendapatkan umpan balik dan ide-ide.
Di
Procter & Gamble, raksasa produk-produk konsumer, para eksekutif puncak
bahkan mendatangi konsumer umum ke rumah-rumah mereka dan melakukan shopping
trips. Salah seorang eksekutif P&G mengatakan: “We read the data and look at the charts,
but to shop (with consumers) spend it on things that are more important--- that
important to us to keep front and center.”
2.2 Marketing offers – Products, Services,
and Experiences
Kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan-keinginan konsumer akan terpenuhi melalui sebuah penawaran-penawaran
marketing (marketing offers) – suatu kombinasi dari produk-produk, jasa-jasa,
informasi-informasi, atau pengalaman-pengalaman yang ditawarkan ke suatu pasar
untuk memenuhi suatu kebutuhan atau keinginan.
Kebanyakan penjual (sellers)
membuat kesalahan-kesalahan dengan memberikan lebih banyak perhatian khususnya
ke produk-produk yang mereka tawarkan daripada benefit-benefit dan
pengalaman-pengalaman yang diakibatkan oleh produk-produk tersebut. Para
seller ini menderita apa yang disebut “marketing
myopia.” Mereka begitu terpaku (taken with) pada produk-produk
sehingga mereka hanya fokus pada keinginan-keinginan seller dan kehilangan
pandangan dari sudut kebutuhan kustomer. Mereka lupa bahwa sebuah produk
hanyalah sebuah alat untuk memecahkan sebuah masalah konsumer.
Sebuah
pabrikan penghasil alat bor ¼ inch mungkin mengira bahwa kustomer membutuhkan
sebuah alat bor tersebut. Tapi apa yang sesungguhnya dibutuhkan kustomer ialah
sebuah lubang seukuran ¼ inch. Para seller akan bermasalah jika sebuah produk
baru yang muncul memenuhi kebutuhan kustomer lebih baik atau lebih murah.
Kustomer akan mempunyai kebutuhan yang sama tapi akan menginginkan produk yang
baru/berbeda.
Marketer
yang cerdas melihat di luar atau melihat jauh melebihi dari sifat-sifat produk
dan jasa yang mereka jual. Dengan menyelaraskan beberapa jasa-jasa dan
produk-produk, mereka menciptakan pengalaman-pengalaman brand (brand
experiences) untuk konsumer.
Sebagai
contoh, Disney World ialah sebuah pengalaman. Anda melakukan kunjungan ke
Web-site Sony, playstation.com, maka anda tidak hanya melihat a NASCAR race;
anda akan membenamkan (immerse) diri ke dalam pengalaman the NASCAR.
Salah seorang pakar
marketing mengatakan:”What consumers really want (are offers)
that dazzle (mempesona) their senses, touch their hearts, and stimulate their
minds. They want (offers) that deliver an experience.”
2.3 Customer
Value and Satisfaction
Para
marketer harus berhati-hati untuk menetapkan harapan-harapan pada pada level
yang tepat. Nilai kustomer dan kepuasan kustomer adalah “key building blocks” untuk mengembangkan dan mengelola
hubungan-hubungan customer.
2.4 Exchanges
and Relationships
Exchange atau pertukaran
ialah tindakan mendapatkan objek yang diinginkan dari seseorang dengan
menawarkan sesuatu sebagai imbalannya.
Marketing
terdiri dari tindakan-tindakan yang diambil untuk membangun dan mempertahankan
hubungan-hubungan pertukaran yang diinginkan (desirable exchange relationships) dengan audien target melibatkan
suatu produk, jasa, ide, atau objek lain.
2.5 Markets
Konsep-konsep
pertukaran dan hubungan-hubungan mengarah ke konsep suatu pasar. Sebuah
pasar ialah sekumpulan pembeli aktual dan potensial dari suatu produk.
Pembeli-pembeli ini berbagi suatu kebutuhan khusus atau keinginan yang dapat
terpenuhi melalui hubungan pertukaran.
Marketing
berarti mengelola pasar-pasar untuk menghasilkan hubungan-hubungan customer
yang menguntungkan. Akan tetapi, menciptakan
hubungan-hubungan ini perlu kerja. Para penjual harus mencari para
pembeli, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan mereka, mendisain penawaran
marketing yang baik, menetapkan harga-harga untuk mereka (pembeli), mengenalkan
(promote) kepada mereka, dan menyimpan serta mendeliveri ke mereka.
Aktivitas-aktivitas
seperti pengembangan produk, riset, komunikasi, distribusi, pricing, dan
pelayanan adalah aktivitas-aktivitas inti marketing (core marketing activities).
Meskipun
kita umumnya menganggap bahwa marketing dijalankan oleh seller, pembeli (buyers) juga melakukan marketing.
Konsumer melakukan marketing ketika mereka mecari barang-barang yang mereka
perlukan sesuai harga yang mereka sanggupi (they
can afford). Agen-agen atau petugas pembelian dari perusahaan melakukan
marketing sewaktu mereka mencari penjual
(track down) dan tawar-menawar untuk
syarat-syarat yang baik.
Figure 1.2
memperlihatkan unsur-unsur utama dalam suatu sistem marketing modern.
Walt-Mart tidak akan bisa
memenuhi janjinya untuk harga-harga yang murah (low prices), kecuali para suplaiernya menyediakan barang-barang
pada harga-harga rendah. Demikian juga Ford, tidak bisa mendeliveri kualitas
tinggi kepada para pembeli mobil, terkecuali para dealernya menyediakan
pelayanan-pelayanan yang prima (out-standing services).
III. Designing a
Customer-Driven Marketing Strategy
Setelah
benar-benar memahami konsumen dan pasar, manajemen pemasaran dapat merancang
atau medesain strategi pemasaran yang berorientasi pelanggan.
Kita dapat mendefinisikan manajemen
pemasaran sebagai: seni dan ilmu untuk memilih/menetapkan target pasar dan
membangun hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan.
Untuk
merancang strategi pemasaran yang menarik, manajer pemasaran harus menjawab dua
pertanyaan penting:
1.
Apa yang dapat kita berikan pada pelanggan
(apa target pasar kita)?
2.
Bagaimana kita dapat memberikan yang terbaik
kepada pelanggan (tawaran nilai apa yang kita berikan)?
3.1 Selecting
Customer to Serve
Perusahaan,
pertama harus memutuskan siapa yang dilayani (who it will serve?). Caranya
dilakukan dengan membagi pasar menjadi segmen-segmen pelanggan (market segmentation) dan memilih segmen
mana yang akan dilayani (target
marketing).
Sehingga, manajer pemasaran harus
memutuskan pelanggan mana yang mereka jadikan target dan pada tingkat, waktu,
dan sifat dari permintaan. Secara sederhana,
manajemen pemasaran adalah pengelolaan
pelanggan dan pengelolaan demand.
3.2 Choosing a Value
Proposition
Perusahaan
juga harus memutuskan bagaimana akan melayani pelanggan yang ditargetkan –
bagaimana perusahaan akan membedakan dan memposisikan dirinya di pasar.
A company’s value proposition
adalah
serangkaian manfaat/benefit atau nilai yang dijanjikan untuk ditawarkan kepada
pelanggan guna memuaskan kebutuhan/kepentingan mereka.
Porsche menjanjikan kinerja dan kepuasan berkendara:
“What a dog feels like when its leash breaks”
“Value proposition” ini membedakan satu brand
dengan yang lain, menjawab pertanyaan pelanggan: “why should I buy your brand
rather than a competitors?”
Perusahaan-perusahaan harus mendsain value
proposition yang kuat yang
memberikan mereka keunggulan/keuntungan terbesar dalam target pasar mereka.
3.3 Marketing
Management Orientations
Orientasi
Perusahaan Terhadap Pasar
Manajemen pemasaran menginginkan untuk
mendesain strategi-strategi yang akan membagun hubungan yang menguntungkan
dengan konsumer target. Akan tetapi philosophy apa yang akan mengarahkan
strategi-strategi marketing ini? Apa keutamaan yang akan diberikan untuk
kepentingan pelanggan, organisasi, dan masyarakat? Seringkali ini terjadi
konflik kepentingan.
Ada
lima konsep alternatif dimana organisasi-organisasi mendesain dan melaksanakan
strategi-strategi pemasaran mereka berdasarkan atas konsep ini:
-
The
production concept
-
The
product concept
-
The
selling concept
-
The
marketing concept, and
-
The
societal marketing concept
1.
The Production Concept
The Production Concept beranggapan bahwa konsumen
akan menyenangi produk-produk yang tersedia dan sangat terjangkau/murah. Oleh
karenanya, manajemen akan fokus pada perbaikan produksi dan efisiensi
distribusi. Konsep ini merupakan orientasi tertua yang digunakan para
pengusaha/penjual.
Konsep produksi masih
merupakan philosophi yang berguna dalam dua type situasi. Pertama terjadi bila
permintaan akan produk melebihi suplai. Disini manajemen akan mencari cara-cara
untuk meningkatkan produksi.
Situasi kedua terjadi bila
biaya produksi terlalu tinggi dan perbaikan produktifitas diperlukan untuk
menurunkannya.
Contoh, philosophy Henry
Ford sewaktu menyempurnakan produksi mobil Model
T dengan mengurangi biaya sehingga lebih banyak konsumer dapat membelinya.
Dengan bercanda Henry Ford menawarkan kepada konsumen sebuah mobil dengan warna
apa saja sepanjang mobil itu berwarna hitam. “He joked about offering people,
a car of any color as long as it was black”
Meskipun terpakai dalam
beberapa situasi, konsep produksi dapat mengarah ke “marketing myopia”
Perusahaan-perusahaan
yang mengadopsi orientasi ini, fokusnya terlalu sempit hanya pada kepentingan
operasinya sendiri, dan tidak melihat pada tujuan yang sesungguhnya – kepuasan
kepentingan pelanggan dan membangun hubungan pelanggan.
2.
The Product Concept
The Product Concept beranggapan bahwa konsumen
akan menyenangi produk-produk yang ditawarkan terbaik dalam kualitas, kinerja,
dan tampilan yang inovatif. Dengan konsep ini, strategi pemasaran berfokus pada
perbaikan produk berkelanjutan (Continuous product improvements).
Dikalangan pabrikan/manufaktur,
sebagian percaya bahwa jika mereka dapat membuat “a better mousetrap, the world
will beat a path to their door”. Tapi mereka sering terkaget-kaget.
Pembeli mungkin saja mencari solusi terbaik untuk masalah tikus rumah tapi
tidak terlalu penting untuk sebuah perangkap tikus yang lebih baik. Lebih-lebih
lagi, sebuah perangkap tikus yang baik tidak akan terjual terkecuali pabrikan
mendesain, mengemas, dan harganya menarik, menempatkannya dichanel distribusi
yang memuaskan, menarik perhatian orang-orang yang membutuhkan, dan meyakinkan
pembeli bahwa produk ini adalah produk lebih baik.
Oleh
kerenanya, konsep produk juga mengarah ke “marketing myopia”. Sebagai contoh, manajemen
kereta api pernah berpikir bahwa pengguna menginginkan kereta api dari pada
transportasi lain dan mengabaikan perkembangan tantangan seperti: penerbangan,
bus, truk, dan mobil-mobil pribadi.
Kodak pernah beranggapan
bahwa konsumen menginginkan film photographic daripada cara untuk menangkap dan
membagi kenangan (to capture and share memories) dan pada awalnya mengabaikan
tantangan dari kamera digital. Meskipun Kodak sekarang memimpin pasar kamera
digital dalam hal penjualan, tapi Kodak belum mampu menghasilkan keuntungan
yang signifikan dari bisnis ini.
3.
The Selling Concept
Banyak perusahaan
menerapkan konsep ini dan beranggapan bahwa konsumen tidak akan begitu tertarik
membeli produk-produk perusahaan terkecuali melakukan usaha penjualan dan
pemasaran sekala besar.
Konsep ini khususnya
dilaksanakan untuk barang-barang yang tidak dicari yaitu barang-barang yang
pembeli umumnya tidak terpikirkan untuk membeli: seperti asuransi. Industri ini
harus bagus dalam menarik/mendapatkan prospek/pembeli dan berusaha menjual
keunggulan produk mereka.
Umumnya perusahaan
menjalankan konsep menjual ketika dihadapkan pada over kapasitas. Tujuannya
adalah untuk menjual apa yang mereka buat daripada membuat apa yang diinginkan
pasar. Strategi marketing ini beresiko tinggi, fokusnya pada menghasilkan
transaksi penjualan daripada membangun jangka panjang dan hubungan konsumer
yang saling menguntungkan.
4.
The Marketing Concept
Konsep ini beranggapan bahwa
pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pemahaman kebutuhan dan keinginan
target pasar dan deliveri dengan baik kepuasan yang diinginkan dibandingkan
yang pesaing lakukan.
Konsep marketing, fokus dan nilai
pelanggan adalah jalan untuk menjual dan keuntungan. Sebagai pengganti konsep
produk “make and sell philosophy”, konsep pemasaran adalah
berorientasi kepada pelanggan “sense and
respond philosophy.”
Konsep ini memandang marketing tidak seperti
“hunting”, tapi seperti “gardening”.
Pekerjaannya
tidak mencari pelanggan yang tepat untuk produknya, tapi mencari/menemukan
produk yang tepat untuk pelanggan anda.
Figure 1, membedakan konsep menjual dan
konsep marketing. Konsep menjual mengikuti perspektif dari dalam ke luar (inside—out
perspective). Dimulai dengan pabrik, fokus pada produk perusahaan yang
sudah ada, dan melakukan penjualan serta promosi besar-besaran untuk memperoleh
laba penjualan. Konsep ini fokusnya
terutama menarik pelanggan- mengejar penjualan jangka pendek dengan sedikit
kepedulian mengenai siapa yang membeli atau mengapa.
Berbeda dengan konsep marketing mengikuti
perspektif dari luar ke dalam (outside – in perspective). Konsep
marketing dimulai dengan menetapkan pasar yang tepat, fokus pada kepentingan
pelanggan, dan mengintegrasikan semua aktifitas pemasar yang mempengaruhi
pelanggan. Sehingga, hasil keuntungan diperoleh dengan menciptakan hubungan
jangka panjang dengan pelanggan yang tepat berdasarkan nilai dan kepuasan
pelanggan.
Pemasaran yang dikendalikan
pelanggan (Customer-driven marketing)
biasanya berjalan baik ketika kebutuhan benar-benar jelas dan ketika pelanggan
mengetahui apa yang mereka inginkan.
Dibanyak kasus, sayangnya
pelanggan tidak mengetahui apa yang mereka inginkan atau bahkan apa yang mungkin.
Contoh, 20 tahun yang lalu,
berapa banyak konsumen yang pernah berfikir untuk meminta atau menanyakan
telepon cell, mesin fax, home copiers, 24-hour online buying, DVD players, dan
lain-lain? Situasi ini menuntut “customer driving marketing”- memahami
kebutuhan-kebutuhan pelanggan rata-rata lebih baik dari yang pelanggan sendiri
lakukan dan menciptakan produk-produk dan jasa yang akan cocok dengan kebutuhan
yang ada, sekarang dan nantinya.
Ketika pimpinan visioner Sonny, Akeo Morita,
mengatakan:
“Our plan
is to lead the public with new products rather than ask them what kinds of
products they want. The public does not know what is possible, but we do.”
“Rencana kami adalah untuk
membawa kepada publik, produk-produk baru daripada bertanya kepada mereka apa
jenis-jenis produk yang mereka inginkan. Publik tidak mengetahui apa yang
mungkin, tapi kami bisa. “
Menurut
seorang eksekutif 3M:
“Our goal
is to lead customers where they want to go before they know where they want to
go.”
Tujuan kami adalah
mengarahkan pelanggan kemana mereka ingin pergi sebelum mereka tahu kemana
mereka ingin pergi.”
5.
The Societal Marketing Concept
Konsep ini mempertanyakan
apakah konsep pemasaran benar-benar mengabaikan peluang konflik antara
keinginan jangka pendek konsumen dan kesejahteraan jangka panjang konsumen.
Konsep marketing berwawasan
sosial berpendapat bahwa strategi marketing sebaiknya memberikan/menawarkan
nilai kepada pelanggan dalam cara yang menjaga atau memperbaiki keduanya, pelanggan
dan kesejahteraan masyarakat.
Pertimbangkan industri
fast-food berikut. Anda dapat melihat serangkaian bisnis raksasa fast-food
sekarang ini, yang menawarkan makanan dengan rasa dan kenyamanan dengan harga
yang sangat terjangkau. Namun banyak konsumen dan kelompok-kelompok lingkungan
menyuarakan kepedulian. Kritik-kritik ditujukan bahwa hamburger, fried chicken, french
fries dan kebanyakan makanan cepat saji tinggi dalam lemak dan garam.
Makanan –makanan ini umumnya “super-sized”, yang menyebabkan konsumen kelebihan
makan dan penyebab efidemik obesitas nasional.
Produk-produk dikemas dalam
kemasan yang menarik, tapi menimbulkan sampah dan polusi. Sehingga memuaskan
keinginan-keinginan jangka pendek konsumen, keberhasilan luar biasa usaha
fast-food dapat merugikan kesehatan masyarakat dan menyebabkan problem-problem
lingkungan jangka panjang.
Gambar 1.4. memperlihatkan
perusahaan-perusahaan seharusnya mempertimbangkan tiga keseimbangan dalam
menyusun strategi pemasaran mereka: keuntungan perusahaan, keinginan konsumen,
dan kepentingan masyarakat.
Johnson & Johnson melakukan ini
dengan baik. Perusahaan ini peduli terhadap kepentingan masyarakat yang
diringkas dalam dokumen perusahaan yang disebut “Our Credo,” yang menekankan
kejujuran, integritas, dan menempatkan orang-orang didepan sebelum keuntungan. Dengan
credo ini, J & J lebih memilih resiko kerugian besar daripada memberikan
sejumlah atau dari salah satu produknya yang buruk .
Pertimbangkan kasus yang sangat tragis
dimana 8 orang meninggal karena menelan kapsul “cyanidelaced Tylenol, “
merek J & J. meskipun JJ percaya
bahwa perubahan capsul-capsul tersebut
hanya terjadi di beberapa toko, tidak di pabrik, perusahaan dengan cepat
menarik produk-produk tersebut dari pasar. Penarikan ini membebani perusahaan
dengan kehilangan 240 juta dolar keuntungan. Dalam jangka panjang untungnya penarikan
cepat tylenol oleh perusahaan memperkuat keyakinan/kepercayaan dan kesetiaan
dari konsumen. Tylenol tetap merupakan salah satu merek terkenal nasional untuk
pengobatan mengurangi rasa sakit.
Manajemen J & J telah belajar
untuk melakukan apa-apa yang benar yang memberikan keuntungkan kepada konsumen dan perusahaan.
Pimpinan Eksekutif J & J mengatakan:
“The Credo
should not be viewed as some kind of social welfare program…it’s just plain
good business. If we keep trying to do what’s right, at the end of the day we
believe the marketplace will reward us.”
Sehingga, beberapa tahun kemudian,
dedikasi J & J terhadap pelayanan kepada konsumen dan masyarakat telah
membuatnya menjadi salah satu perusahaan di Amerika yang di hargai dan paling
menguntungkan/profitable.
Hallo kak saya disini mau berbagi blog tentang sejarah pemasaran,siapa tau membantu dan jangan lupa untuk mampir ke blog saya ya.Terimakasih❤
BalasHapushttps://suciamelia1.blogspot.com/2021/09/sejarah-tentang-ilmu-manajemen.html